All of Indonesia's
Territory is a Conservation Area
|
Di tengah gemuruhnya genderang reformasi yang ditabuh hampir empat bulan ini, ternyata di sekeliling kita terdapat banyak orang-orang yang hampir mati karena kelaparan. Fenomena tersebut bukan semata kesalahan mereka, tetapi lebih merupakan akumulasi dari sistem dan budaya selama ini. Terlebih dalam situasi politik yang terus gonjang-ganjing saat ini. Menyusul naiknya harga-harga sembilan bahan pangan pokok (sembako), terutama beras. Kondisi ini diperparah dengan maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menimpa sebagian besar kelas pekerja. Pada sisi lain, terdapat fenomena kelangkaan ketersediaan bahan pangan dan obat-obatan. Kondisi ini memungkinkan harga-harga melambung, hingga tak terjangkau lagi oleh kantung sebagian besar masyarakat. Terdapat banyak alasan untuk menjelaskan kelangkaan bahan pangan dan obat-obatan serta harga jualnya yang makin membumbung. Bisa merujuk versi pemerintah, lembaga penelitian independen atau para analis lainnya. Semua ini pada akhirnya mengindikasikan terjadinya potensi rawan pangan di sebagian besar masyarakat. Sekaligus diperparah dengan melemah-nya daya beli masyarakat, akibat kondisi ekonomi dan makin merebaknya jumlah pengangguran baru. Di luar itu semua, solusi-solusi yang senantiasa ditawarkan selalu merujuk pada upaya penanganan jangka menengah atau panjang. Tanpa mengecilkan arti solusi-solusi tersebut, perlu dipikirkan sebuah alternatif upaya penanganan jangka pendek. Terdapat beberapa penjelasan untuk hal ini : (1) Menurut analisis dari banyak kalangan dalam 4-6 bulan ke depan, bahaya kelaparan semakin parah dan ini berarti banyak masyarakat yang akan mati sia-sia; (2) Kecenderungan yang terjadi saat mengalami kelaparan, orang akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan makanan. Ini berarti akan menimbulkan kerawanan kriminalitas dan gangguan kamtibmas. Apalagi kita masih trauma dengan kerusuhan Mei lalu; (3) Fenomena kelaparan selalu berkaitan dengan banyak aspek. Bila ini meledak, bisa jadi gonjang-ganjing yang sedang terjadi di negara kita, tak kan pernah selesai sampai kapan pun. Fenomena tersebut tak bisa didiamkan. Upaya penanganan jangka pendek karenanya cuma antiipasi kondisi emergency saat ini. Dengan demikian, upaya penanganan jangka menengah dan panjang menjadi seiring dengan upaya penanganan jangka pendek. Semua upaya itu membutuhkan kepedulian semua lapisan masyarakat untuk berpartisipasi. Untuk itulah, di Bogor telah dibentuk Posko Rawan Pangan Bogor.
Untuk kemanusiaan dengan keberpihakan pada anggota masyarakat yang paling membutuhkan.
Untuk sementara adalah Kotamadya dan Kabupaten Bogor, dengan tidak menutup diri pada wilayah-wilayah lainnya yang membutuhkan.
Non
politis (gerakan
moral/kemanusiaan).
JANGKA PENDEK Identifikasi daerah-daerah
rawan pangan dan obat-obatan dan kelompok masyarakat yang
mengalaminya (sasaran). RENCANA JANGKA PANJANG Kampanye
dan demonstrasi diversifikasi pangan dan obat-obatan.
Pribadi maupun kelompok/lembaga yang memiliki komitmen terhadap kemanusiaan.
Anggota
Tim Posko Rawan Pangan,
yang bertanggungjawab atas kerja-kerja posko.
Dana: eof/wd/98 |
Copyright
© 1998 Telapak Indonesia Foundation. All rights
reserved. Site Design: FrontPage Media |